Analisis Framing Potret Bullying Remaja Korea Selatan Pada Drama Korea “The Glory” Season 1 Episode 1
Kata Kunci:
Framing, Perundungan, Drama KoreaAbstrak
Penelitian ini untuk mengetahui “framing potret bullying remaja Korea Selatan dalam adegan perundungan di Drama Korea “The Glory” Season 1 pada episode 1”. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian Kualitatif dengan paradigma Konstruktivisme. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis tayangan drama Netflix “The Glory” season 1 untuk menggambarkan bagaimana potret bullying remaja yang ada di Korea Selatan. Berdasarkan analisa yang telah peneliti lakukan menggunakan teknik Analisis Framing model Robert N. Etman dengan pembingkaian terhadap potret bullying pada remaja di Korea Selatan yang ditunjukan pada scene-scene dan dialog dari drama Korea “The Glory” season 1 episode 1 melalui 4 aspek framing, Pada Define Problem, masyarakat di Korea Selatan tidak terlalu menganggap agama adalah suatu yang penting, sehingga norma agama tidak menjadi salah satu pedoman hidupnya. Hal ini yang membuat penggambaran adegan-adegan perundungan yang parah yang terjadi di sekolah. Diagnose Causes, di Korea Selatan menuntut seseorang dengan suatu hal yang tidak manusiawi merupakan suatu kewajaran bagi masyarakat. Salah satu faktor yang bisa memicu adanya perundungan adalah latar belakang ekonominya. Hal ini sudah berlaku turun-temurun sama seperti senioritas di Indonesia. Make Moral Judgement, komite pencegahan bullying di Korea Selatan memiliki kekuatan hukum yang lemah karena sedikit dari mereka yang merupakan ahli hukum. Dan juga adanya relokasi komite membuat semua kasus akan ditangani secara internal oleh sekolah itu sendiri kecuali kasusnya dianggap sangat besar maka bisa dilaporkan ke komite. Hal ini justru mempersulit korban
karena dapat memicu berbagai ketidakadilan dalam penanganan kasus salah satunya adalah penyogokan. Treatment Recommendation, korban yang sulit mendapat keadilan merupakan imbas dari adanya relokasi komite yang membuat kasus perundungan diselesaikan secara internal oleh sekolah. Dan banyak dari korban akhirnya terfikir untuk mengakhiri hidupnya, yang mana tindakan ini lumrah terjadi di Korea Selatan.