Analisis Resepsi Diskriminasi Ageisme Dalam Film Sweet 20
Kata Kunci:
Film, Resepsi, Ageisme, Sweet20Abstrak
Penelitian ini mengkaji pemaknaan khalayak tentang diskriminasi usia dalam film “Sweet 20”. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma interpretif dan pendekatan teori melalui analisis
resepsi milik Stuart Hall yaitu encoding – decoding. “Film Sweet 20” beraliran drama komedi romantis
dirilis pada 25 Juni 2017. Film berdurasi 110 menit ini disutradarai oleh Ody C. Harahap dan Tatjana
Saphira (Fatmawati Muda), Niniek L. Karim (Fatmawati usia tua). Film ini dinilai memiliki jangkauan,
diskriminasi usia, gender dan memiliki popularitas yang hebat. Penulis memilih mahasiswa dan
mahasiswi Untag sebagai responden atau khalayak aktif yang memaknai isi pesan media berupa adegan
diskriminasi ageism dalam film “Sweet 20”. Dari hasil yang didapat penulis melalui wawancara
mendalam (in-deppth interview) dan dokumentasi penelitian, menyimpulkan bahwa para informan
memiliki perbedaan dalam memaknai tentang diskriminasi ageism dalam film “Sweet 20”. Hasil
wawancara mendalam dengan para informan, penelitian menghasilkan penjelasan akan makna
diskriminasi usia tersebut dilatar belakangi oleh hasil pendapat pribadi para informan. Terdapat informan
yang berpendapat bahwa film “Sweet 20” mengandung banyak pesan moral dan pelajaran hidup yang
bisa diambil, dan tidak mempersalahkan diskriminasi ageisme yang ada di dalam film “Sweet 20” karena
beranggapan hanya sebagai budaya yang saling menasihati satu sama lain di dalam lingkup keluarga.
Namun juga terdapat informan yang menegoisasikan hal tersebut, selama tidak mengarah ke hal yang
negative, informan masih bisa menerima. Di sisi lain, informan hanya saja mengungkapkan resepsinya
yang menolak diskriminasi ageisme dalam kehidupan sosial ataupun keluarga.